Apa Saja yang Menjadi Penyebab Stunting?

Apa penyebab stunting? Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menyebut pertumbuhan stunting sebagai salah satu hambatan paling signifikan bagi perkembangan manusia. Stunting digambarkan sebagai tinggi badan rendah untuk usia atau tinggi lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Diperkirakan 162 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting di seluruh dunia.

Menurut sebuah penelitian di bidang kesehatan, stunting merupakan sebuah indikasi malnutrisi atau gangguan tumbuh kembang yang terkait dengan gizi. Faktor yang berkontribusi untuk kondisi ini adalah termasuk kesehatan ibu yang buruk dan gizi sebelum, selama dan setelah kehamilan. Selain itu juga pemberian makan bayi yang tidak memadai terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan anak dan infeksi gizi tersebut.

Dalam sebuah studi global, UNICEF menjelaskan bahwa hampir setengah dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun disebabkan oleh kekurangan gizi secara kronis. Dalam satu tahun, kasus ini menyebabkan kehilangan hampir tiga juta nyawa.

Malnutrisi atau kekurangan nutrisi tidak hanya menyebabkan penurunan tinggi badan. Malnutrisi juga dapat meningkatkan risiko kematian akibat infeksi umum, frekuensi dan tingkat keparahan infeksi tersebut dan berkontribusi pada keterlambatan pemulihan infeksi. Menurut UNICEF, hubungan antara malnutrisi dan infeksi dapat menciptakan siklus yang berpotensi mematikan dari penyakit yang memburuk dan status gizi yang memburuk.

Efek stunting bertahan lama dan umumnya tidak dapat diubah. Anak-anak di atas usia dua tahun yang mengalami kondisi stunting ini kemungkinan tidak dapat memperoleh kembali potensi pertumbuhan mereka yang hilang. Selain itu, anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi mengalami keterlambatan kognitif dan belajar.

stunting

Dampak malnutrisi pada suatu populasi memiliki dampak yang lebih luas. Malnutrisi melanggengkan kemiskinan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Laporan dari Bank Dunia menunjukkan bahwa sebanyak 11 persen dari produk nasional bruto di Afrika dan Asia hilang setiap tahun karena dampak malnutrisi.

Sebuah studi yang mengamati efek jangka panjang dari stunting di Guatemala menunjukkan orang dewasa yang terhambat karena anak-anak menerima lebih sedikit pendidikan, mendapat nilai lebih rendah pada ujian di sekolahnya, memiliki pengeluaran rumah tangga per kapita yang lebih rendah dan kemungkinan lebih besar untuk hidup dalam kemiskinan. Bagi wanita, stunting di awal kehidupan dikaitkan dengan usia yang lebih rendah saat pertama lahir dan lebih banyak kehamilan serta memiliki anak.

Bank Dunia memperkirakan penurunan 1 persen tinggi badan orang dewasa akibat stunting pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan hilangnya 1,4% produktivitas ekonomi. Perkiraan lebih lanjut menunjukkan bahwa anak-anak yang stunting memperoleh penghasilan 20 persen lebih rendah sebagai orang dewasa jika dibandingkan dengan individu yang tidak stunting.

Pada tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia mendukung rencana untuk meningkatkan gizi ibu, bayi dan anak pada tahun 2025. Target pertama mereka adalah pengurangan 40 persen jumlah anak di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting.

Secara keseluruhan, kemajuan telah dicapai. UNICEF melaporkan antara tahun 1990 dan 2014 jumlah anak balita yang mengalami stunting di seluruh dunia menurun dari 255 juta menjadi 159 juta. Saat ini, hanya satu dari empat anak di bawah usia lima tahun yang pertumbuhannya terhambat.

Pada saat yang sama, angka stunting meningkat di Afrika Barat dan Tengah dari 19,9 juta menjadi 28,0 juta. Pada 2014, lebih dari setengah dari semua anak yang mengalami stunting tinggal di Asia dan lebih dari sepertiganya tinggal di Afrika.