Pemerintah sudah mengumumkan terkait ada beberapa jenis vaksin corona yang akan didistribusikan di Indonesia. Salah satunya yaitu Pfizer dan BionTech. Vaksin yang dibuat oleh perusahaan farmasi terkemuka tersebut, kabarnya telah menunjukkan kabar yang menggembirakan.
Pfizer dan BionTech, mengklaim bahwa vaksinnya, 90% efektif dapat mencegah Covid-19. Namun, meski begitu, vaksin ini masih belum rampung uji klinis fase ketiga. Seperti apa kelebihan dan proses uji klinisnya? Anda bisa menyimaknya hanya di artikel ini.
Efektivitas Pfizer Dalam Mencegah Gejala Covid-19
Pfizer dan BionTech telah melakukan serangkaian studi yang dirancang agar dapat memastikan apakah vaksin mereka mampu melindungi dari gejala Covid-19 yang parah atau tidak. Namun, perusahaan farmasi tersebut, masih belum bisa mempublikasikan data yang sudah mereka kantongi.
Pfizer dan BionTech bisa dikatakan cukup mirip dengan vaksin Moderna. Kedua vaksin tersebut menggunakan mRNA yang dapat memicu sel tubuh agar memproduksi antigen guna melawan Covid-19.
mRNA adalah jenis vaksin yang tergolong inovatif. Pasalnya, penggunaan mRNA pada vaksin masih jarang sekali digunakan.
Hingga artikel ini ditulis, belum ada data yang dipublish oleh pihak perusahaan terkait apakah vaksin bisa mencegah penularan virus atau tidak. Namun, menurut pihak Pfizer, jika vaksin berhasil menghentikan infeksi, maka seharusnya bisa juga menghentikan penularan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Proses Uji Klinis dan Hasilnya
Proses pengujian vaksin dilakukan pada relawan berusia 12 hingga 85 tahun. Namun, menurut Beate Kampmann, seorang profesor dari London School of Hygiene, memaparkan bahwa data hasil pengujian belum bisa dirilis.
Dari proses pengujian, umumnya vaksin tidak dapat bekerja pada lansia. Akan tetapi, vaksin sangat efektif dan bekerja pada orang yang lebih muda. Hal tersebut dikarenakan, lansia tidak selalu meningkatkan respons kekebalan yang efektif pada infeksi secara alami. Namun, pihak perusahaan akan kembali melihat datanya.
Dari proses pengujian, vaksin ternyata berhasil pada 90% orang. Menurut Pfizer dan BionTech, vaksin buatan mereka tergolong berhasil. Namun, banyak pihak yang mempertanyakan, kenapa 10% sisanya tidak berhasil.
Terkait angka 10% di atas, pakar virus dari University of Leeds, Dr. Stephen Griffin pun angkat suara. Menurut beliau, sangat sulit untuk bisa menjelaskan kenapa vaksin tidak sukses kepada sebagian orang. Untuk mengetahui alasannya, menurut Griffin, kita harus mengetahui kondisi pasien terlebih dahulu.
Griffin juga mengatakan, bahwa vaksin ini dapat bekerja pada orang yang berbeda-beda secara berlainan. Artinya, setiap orang sering mendapatkan tingkat respons yang berbeda-beda di dalam populasi, serta cukup sulit untuk memahami secara pasti kenapa beberapa orang bisa merespon vaksin tersebut, dan beberapa orang lagi tidak.
Dosis dan Kualitas Perlindungan Vaksin
Setiap vaksin virus corona, akan diberikan dalam dua dosis kepada setiap orang. Dua dosis tersebut akan diberikan dalam jeda waktu yang berbeda-beda, agar imunitas kita nantinya bisa terbentuk. Untuk Pfizer dan BionTech, rencananya jeda dari dosis satu ke dosis kedua yaitu sekitar tiga pekan.
Menurut data terakhir, Pfizer dan BionTech adalah vaksin yang mampu menciptakan imunitas hingga 95% selama 28 hari penyuntikan pertama. Sedangkan untuk lansia di atas 65 tahun, efektivitasnya hanya mencapai 94% saja.
Sementara itu, terkait pendistribusian, rencananya pemerintah akan segera menyuntikkannya di awal tahun 2021 nanti. Menurut kabar terbaru, Presiden Joko Widodo, akan menggratiskan vaksin bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Itulah update terbaru terkait perkembangan vaksin corona Pfizer dan BionTech. Terus ikuti berita terbaru seputar virus dan vaksin corona di Halodoc yang selalu update setiap hari. Jangan lupa juga untuk mengunduh aplikasi Halodoc agar bisa berbicara pada dokter melalui media chat.